PROSES PEMBELAJARAN DALAM PTJJ
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan komponen pendidikan
yang sangat besar peranannya dalam mencapai
tujuan pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan sering sekali
dikaitkan dengan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran yang tinggi diasumsikan
akan menghasilkan mutu pendidikan yang tinggi pula. Meskipun masih banyak
silang pendapat mengenai istilah pembelajaran, tampaknya dapat disepakati bahwa
dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar. Sumber belajar dapat berupa guru/dosen, perpustakaan, orang (nara
sumber), internet, serta sumber lain yang relevan dengan bidang yang sedang
dipelajan. Agar terjadi interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, haruslah ada fasilitasi, yang memungkinkan
peserta didik melakukan interaksi secara terarah dan efektif.
Dalam
proses pembelajaran terjadi interaksi antara
pebelajar atau peserta didik dengan sumber belajar. Oleh karena peserta
didik terpisah dari pendidik, terjadi atau
tidaknya interaksi tersebut lebih banyak tergantung pada peserta didik sendiri. Peserta didik benar-benar mempunyai otonomi penuh atas proses
belajarnya. Dialah yang menentukan apakah proses belajar tersebut
terjadi atau tidak. Dialah yang tahu apakah
kemampuan yang seharusnya dikuasai memang benar-benar terkuasai secara
mendalam, atau hanya sekadar untuk memenuhi syarat lulus. Dialah yang tahu kapan dia harus belajar, kapan dia harus bertemu
teman-temannya, kapan harus berkonsultasi dengan dosennya, dan sebagainya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari kita
mempelajari Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Tinggi Jarak Jauh ini adalah agar dapat sebagai pedoman dan
masukan untuk perbaikan pemikiran dalam proses pembelajaran pendidikan tinggi
jarak jauh.
PEMBAHASAN
A. Pengantar
Pendidikan jarak jauh belum sepenuhnya dipahami secara
benar, apalagi
diterima oleh masyarakat, meskipun dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan jarak jauh sudah diakui sebagai salah satu bentuk pendidikan. Masih banyak yang
belum paham akan sistem pendidikan jarak
jauh, sehingga muncul suara-suara miring yang sering
memerahkan kuping pars penyelenggara PTJJ, khususnya ditingkat
pendidikan tinggi. Pada pikiran mereka yang mempunyai saudara atau teman yang
menempuh pendidikan di Universitas Terbuka (UT), satu-satunya perguruan tinggi
penyelenggara PTJJ di Indonesia, ada anggapan bahwa untuk menempuh pendidikan (kuliah) jarak jauh hanya
perlu registrasi, membeli bahan ajar, dan ujian. Mata rantai yang merupakan
jantung pendidikan, yaitu proses pembelajaran seolah-olah dilupakan. Mereka,
termasuk mahasiswa PTJJ, mungkin tidak pernah
berpikir tentang proses pembelajaran. Hal ini terjadi
karena mungkin mereka
memang tidak tahu atau mungkin pula berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh
sarana dan layanan belajar
serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai
dengan standar nasional pendidikan.
Sebagaimana
sudah diungkapkan sebelumnya, dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi antara pebelajar atau peserta didik
dengan sumber belajar. Oleh karena peserta didik terpisah dari pendidik, terjadi atau tidaknya interaksi tersebut lebih banyak
tergantung pada
peserta didik sendiri. Peserta didik benar-benar
mempunyai otonomi penuh atas proses belajarnya. Dialah yang menentukan
apakah proses belajar tersebut terjadi atau
tidak. Dialah yang tahu apakah kemampuan yang seharusnya dikuasai memang
benar-benar terkuasai secara mendalam, atau hanya sekadar untuk memenuhi syarat lulus. Dialah yang tahu kapan dia harus belajar, kapan dia harus bertemu
teman-temannya, kapan harus berkonsultasi dengan dosennya, dan sebagainya.
Inilah yang dinamakan pebelajar mandiri atau sering disebut sebagai 'independent
learner",
yang merupakan aspek
esensial dalam pembelajaran di PTJJ. Simpson
(2000) menyebut layanan tersebut sebagai bantuan
belajar, yang pada
dasarnya terdiri dari bantuan belajar yang bersifat akademik dan yang
bersifat nonakademik.
B.
Hakikat Pembelajaran di PTJJ
1. Pengertian
Pembelajaran di PTJJ dapat didefinisikan
sebagai pembelajaran yang berlangsung secara jarak jauh karena terpisahnya pendidik
dan peserta didik, mempersyaratkan
kemandirian peserta didik, serta didukung oleh layanan belajar yang memadai. Tiga aspek utama dalam definisi tersebut adalah keterpisahan pendidik dan peserta didik, kemandirian, dan layanan
belajar. Dengan bertolak dari definisi itu, seseorang hanya dapat
mengatakan bahwa isi
mengikuti pembelajaran jarak jauh, jika dalam proses pembelajarannya ketiga
aspek tersebut terpenuhi.
a. Aspek pertama, keterpisahan antara
pendidik dengan peserta didik muncul karena sesuai dengan UU No 20, Pasal 31,
Ayat (2), PTJJ memang melayani kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau reguler.
b. Aspek kedua, kemandirian, merupakan
syarat yang semestinya dipenuhi oleh peserta didik di PTJJ, namun pada
kenyataan, kadar kemampuan belajar mandiri ini sangat bervariasi karena
dipengaruhi oleh banyak faktor.
c. Aspek ketiga, layanan belajar,
berkaitan dengan tingkat kemandirian peserta didik. Pengelola PTJJ mempunyai
tanggung jawab yang sangat besar dalam mengembangkan dan membina kemampuan
belajar mandiri.
Pentingnya
layanan belajar dalam PTJJ dapat ditinjau dari berbagai aspek berikut, sebagai
yang dikemukakan oleh Simpson (2000).
a. Dari segi retensi, (kemampuan
bertahan), mahasiswa PTJJ umumnya mempunyai daya retensi yang rendah.
b. Mulai banyaknya lembaga yang menyelenggarakan
PTJJ membuat persaingan dalam menyediakan akses pendidikan jarak jauh bagi
masyarakat meningkat.
c. Mahasiswa yang belajar melalui PTJJ
merupakan mahasiswa yang terisolasi, baik dari teman seangkatannya, maupun dari
lembaga PTJJ sendiri, bahkan mungkin dari keluarganya.
d. PTJJ yang hanya menyiapkan bahan
belajar bagi mahasiswa sebenarnya menunjukkan otoritas lembaga tanpa memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih atau mengemukakan pendapat.
2. Fungsi dan Manfaat PTJJ
Fungsi utama PTJJ adalah memberikan
kesempatan mengikuti pendidikan formal bagi
warga negara yang tidak mungkin mengikuti pendidikan tatap muka. Dengan
perkataan lain, PTJJ berperan dalam
memeratakan kesempatan belajar bagi
seluruh warga negara, dimanapun mereka berada.
Mereka yang
tidak tersentuh oleh pendidikan tatap muka karena berbagai alasan, mendapat
kesempatan untuk mengikuti pendidikan sesuai dengan' minat dan kemampuannya.
Melihat salah satu
ciri PTJJ yaitu
keterpisahan antara pendidik dan peserta didik, mau tidak mau, peserta didik
harus mampu menjadi manajer bagi proses belajarnya. Ini berarti bahwa peserta
didik bertanggung jawab atas
seluruh proses belajamya. Segala prakarsa yang berkaitan dengan proses belajar harus
datang dari dirinya sendiri.
Hakikat pembelajaran
di PTJJ yang unik tersebut mempunyai
fungsi yang sangat penting, yaitu menjadikan mahasiswa sebagai pebelajar mandiri dan sepanjang hayat, yang
merupakan salah satu aspek dalam tujuan utuh
pendidikan nasional. PTJJ juga
dapat memfasilitasi terbentuknya kemampuan
mandiri, serta kebiasaan berdisiplin dan bertanggung jawab.
C.
Modus Pembelajaran PTJJ
Pembelajaran jarak jauh, yang direalisasikan dalam bentuk layanan belajar, dapat diselenggarakan dalam berbagai modus. Layanan
belajar ini pada dasarnya disebut sebagai tutorial, yang menurut Holmberg (1995) dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yaitu, (1) tutorial jarak jauh, (2) tutorial pelengkap yang merupakan
konsultasi personal secara terjadwal di pos belajar, dan (3) tutorial residensial/tatap muka
yang terpusat untuk mata kuliah tertentu. Namun,
dari modus penyelenggaraan, layanan belajar
atau tutorial ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu jarak
jauh dan tatap muka. Sesuai dengan ciri pendidikan jarak jauh, yaitu
keterpisahan pendidik dan peserta didik serta komunikasi melalui multimedia, maka layanan
belajar yang lebih mendominasi adalah
layanan jarak jauh. Berikut ini
akan diuraikan sekilas
lintas deskripsi kedua modus layanan belajar tersebut:
1.
Layanan
Belajar Jarak Jauh
Layanan belajar jarak jauh memang
merupakan ciri khas PTJJ.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika dalam pembahasan tentang generasi kelima pendidikan jarak jauh (PJJ), Taylor
(2003) hanya mengungkapkan perkembangan komponen teknologi layanan jarak jauh
dari generasi ke generasi, tanpa menyentuh
kemungkinan adanya pertemuan tatap muka. Memang yang menjadi pokok pembahasan adalah perkembangan teknologi
dalam perkembangan pelayanan PJJ.
Perkembangan oendidikan jarak
jauh dari generasi satu sampai kegenerasi kelima digambarkan bergerak dari
Model korespondensi – ke model multimedia – kemodel belajar jarak jauh –
kemodel belajar fleksibel – sampai kemodel blajar jarak jauh berintegrasi.
Jenis-jenis layanan belajar jarak jauh sebagai
berikut:
a. Layanan belajar secara tertulis yang
disampaikan melalui koresponden. Bahan ajar cetak beserta berbagai panduan yang
telah disiapkan disampaikan kepada mahasiswa. Bahan ajar ini pada umumnya
berbentuk modul.
b. Layanan belajar melalui multimedia.
Bahan ajar cetak yang disediakan bagi mahasiswa dilengkapi dengan multimedia,
seperti kaset audio, kaset video, Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK), atau
media lainnya.
c. Layanan belajar secara tersiar, baik
melalui radio maupun televisi (TV). Penjelasan materi tertentu, pengumuman
berbagai kegiatan, pembahasan tugas, atau kiat-kiat belajar terntentu disiarkan
melalui radio atau TV.
d. Layanan belajar melalui telepon.
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kontak dengan para
pendidik/dosen melalui telepon, sesuai dengan kesepakatan.
e. Layanan belajar Online.
Mempersyaratkan mahasiswa melek komputer, di samping mempunyai akses ke
internet.
Rambu-rambu
dalam memberikan layanan belajar jarak jauh:
a.
Memberikan
petunjuk yang jelas tentang kompetensi yang harus dikuasai.
b.
Mencerminkan
keakraban dan kehangatan, yang dapat direalisasikan dalam bentuk sapaan atau
penguatan, sehingga mahasiswa termotivasi untuk mengerjakan atau petunjuk yang
diberikan.
c.
Mendeskripsikan
pengalaman belajar yang harus dilakukan mahasiswa untuk menguasai kompetensi
tersebut.
d.
Jenis
materi, media, serta fasilitas lain yang diperlukan dalam setiap pengalaman
belajar.
e.
Cara
mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan dan tindak lanjut apa yang harus
dilakukannya setelah mengetahui tingkat keberhasilan tersebut.
Layanan belajar jarak jauh dapat
dilakukan dengan berbagai cara,
dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih. Cara manapun yang
digunakan, esensi pembelajaran harus selalu tercermin dalam bentuk fasilitasi
dan pemberian motivasi. Oleh karena itu, dalam setiap jenis layanan belajar, langkah-langkah atau urutan penyajian harus selalu
diperhatikan karena aspek-aspek tersebut memang merupakan peristiwa pembelajaran yang terkait dengan tahap-tahap
belajar.
2.
Layanan BeIajarTatapMuka
Layanan belajar tatap muka dibenarkan oleh, UU No 20
Tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui pasal 31, penjelasan ayat 3 yang
menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh mencakup pengorganisasian tunggal (modus
tunggal), atau bersama tatap muka (modus ganda). Dalam memberikan layanan tatap
muka, Simpson (2000) menekankan agar para pengelola PTJJ selalu mengingat
adanya perbedaan antara layanan tatap muka mahasiswa PTTM dengan mahasiswa
PTJJ.
Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Dalam PTJJ, bahan ajar dapat
diberikan terpisah dari layanan tatap muka.
b. Mahasiswa PTJJ terpisah dari
teman-temannya dan dari institusi PTJJ sendiri.
c. Kualifikasi pendidikan dan kemampuan
belajar mahasiswa PTJJ mungkin sangat rendah ketika mereka pertama kali mulai
bergabung.
d. Pertemuan tatap muka merupakan
sesuatu yang tidak sering terjadi pada mahasiswa PTJJ.
e. Mahasiswa PTJJ adalah mahasiswa yang
“terisolasi”, dalam arti jarang bertemu dengan teman dari program studi yang sama.
f. Mahasiswa yang mengikuti tutorial
tatap muka mengharapkan jauh lebih banyak daripada yang diharapkan oleh
mahasiswa PTTM kerena pertemuan tatap muka ini dapat merupakan sesuatu yang
istimewa bagi mahasiswa PTJJ.
Layanan
belajar tatap muka dapat dilakukan dalam bentuk tutorial dan konseling. Dilihat
dari jenis kegiatan yang dilakukan, tutorial tatap muka dapat dibedakan menjadi
dua bagian besar, yaitu tutorial yang bersifat pengkajian substansi, serta
tutorial yang lebih bersifat latihan dan penghayatan. Kedua jenis tutorial ini
dapat dilakukan dengan layanan individual dan kelompok. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat:
a. Tutorial yang Bersifat Pengkajian
Substansif
Jenis ini difokuskan pada kemampuan
peserta didik untuk menguasai substansi materi mata kuliah yang lebih bersifat
kognitif, termasuk yang bersifat keterampilan kognitif atau yang disebut oleh
Gagne (1985) sebagai keterampilan intelektual.
b. Tutorial yang Bersifat Latihan dan
Penghayatan
Tutorial ini difokuskan pada
pembentukan keterampilan serta sikap dan nilai.
Di samping kedua
jenis tutorial tatap muka di atas, perlu dipikirkan layanan belajar yang disebut
konseling. Pada dasarnya, konseling merupakan konsultasi antara mahasiswa dan konselor (yang dapat diperankan oleh dosen) untuk memecahkan berbagai masalah. Konseling ini dapat dilakukan dalam
bentuk tatap muka (individual dan kelompok), namun dapat pula dilakukan
melalui jarak jauh melalui koresponden,
telepon, dan online. Bagi mahasiswa
PTJJ, konseling dapat merupakan bantuan yang sangat bermakna, tidak saja dalam menghadapi masalah akademik,
tetapi juga masalah nonakademik.
D. Berbagai Masalah dalam Proses
Pembelajaran Jarak Jauh
Ditinjau dari segi pembentukan
kemampuan, pendidikan jarak jauh lebih sering dikaitkan dengan kawasan kognitif.
Artinya, kemampuan yang
dapat dicapai melalui pendidikan jarak jauh adalah penguasaan pengetahuan. Hal
ini terutama dikaitkan dengan alat ukur penguasaan pengetahuan tersebut yang sebagian besar terdiri dari tes
objektif.
Pada kenyataannya, program-program pendidikan yang
ditawarkan melalui PTJJ, tidak jauh berbeda dengan program‑program yang ditawarkan melalui PTTM. Oleh
karena itu, kemampuan praktis seperti keterampilan yang memerlukan kegiatan
praktek, serta penguasaan sikap dan nilai yang memerlukan penghayatan, semestinya juga dapat dicapai melalui PTJJ. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 31, ayat 3, yang menyatakan bahwa
pendidikan jarak jauh diselenggarakan dengan
mengikuti standar nasional yang sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan.
Layanan belajar utama yang
disediakan oleh penyelenggara PTJJ adalah
bahan ajar dalam bentuk modul. Jika mahasiswa mampu belajar mandiri,
maka dapat diperkirakan bahwa mereka akan menguasai berbagai pengetahuan yang disajikan melalui modul tersebut. Namun, bagaimana penguasaan mahasiswa yang terkait dengan keterampilan dan sikap? Inilah yang merupakan masalah besar bags PTJJ. Bagaimana dapat diyakinkan bahwa PTJJ mampu, membentuk kompetensi yang berkaitan
dengan keterampilan dan sikap? Misalnya mampu menulis
artikel ilmiah, mampu berbicara di depan umum, mampu membuat alat peraga tertentu, menerapkan
keterampilan dasar mengajar di kelas yang sebenamya, atau membiasakan
diri membaca dan menulis bacaan ringan?
Sehubungan dengan masalah
tersebut di atas, sering muncul pertanyaan
yang membuat penyelenggara PTJJ berpikir keras untuk menjawabnya.
Pertanyasn tersebut antara lain sebagaiberikut :
1.
Mampukah PTJJ menyediakan
layanan belajar yang kualitasnya sama dengan
pembelajaran tatap muka? Dengan perkataan lain, mampukah layanan
belajar yang dikemas dengan berbagai cara berperan
sebagai guru/dosen yang baik?
2. Bagaimana mungkin PTJJ memberikan
kesempatan praktek bagi mahasiswa yang tersebar lulus di seluruh pelosok tanah
air?
3. Karena alai ukumya berupa tes objektif,
tentu yang dapat diukur hanya penguasaan pengetahuan saja: itu pun yang berada dalam kemampuan berpikir tingkat rendah. Bagaimana PTJJ dapat
meyakinkan kualitas lulusannya?
4. Jika praktek dilakukan di berbagai
tempat. bagaimana PTJJ dapat menjamin bahwa kualitas praktek tersebut dapat
dikendalikan?
5. Bagaimana PTJJ dapat memberikan layanan
belajar bagi mahasiswa yang berada di daerah terpencil dengan jumlah yang sedikit dan tidak mempunyai listrik dan akses
komunikasi lain?
Masih banyak
pertanyaan lain yang semestinya membuat para penyelenggara PTJJ tertantang
untuk menyediakan layanan belajar
yang benar-benar mampu memenuhi harapan para mahasiswa, dan dapat menjamin
kualitas lulusannya. Proses pembelajaran
memang benar-benar merupakan jantung pendidikan
yang semestinya mendapat perhatian yang serius
dari semua pihak yang
terlibat dalam PTJJ.
KESIMPULAN
Proses pembelajaran, baik dalam PTTM maupun pendidikan
tinggi jarak jauh (PTJJ), merupakan jantung dari pendidikan. Dalam PTTM, proses
pembelajaran tersebut dapat diamati secara
nyata oleh masyarakat dan oleh peserta didik sendiri, namun dalam PTJJ, proses tersebut seolah-olah dilupakan, sehingga yang muncul sebagai ciri yang menonjol
atau
merek dagang PTJJ adalah bahan
ajar (modal) dan ujian. Jika sebuah lembaga PTJJ tidak mau dicap sebagai universitas asal jadi, yang hanya menyediakan bahan ajar bagi mahasiswa dan kemudian
memberikan ujian, maka PTJJ harus memberikan perhatian yang
serius terhadap proses pembelajaran.
Agar
mampu merancang dan melaksanakan layanan belajar jarak jauh dan tatap muka
secara efektif, di samping kemampuan sebagai
doses tatap muka, ada beberapa persyaratan tambahan yang harus dipenuhi
oleh dosen PTJJ, di antaranya sebagai berikut :
1.
Mempunyai wawasan
yang benar tentang pendidikan terbuka dan jarak jauh.
2.
Mempunyai kemampuan
berkomunikasi secara tatap muka dan jarak jauh.
3.
Mempunyai keterampilan bekeda dengan computer.
4.
Mampu merancang dan menggunakan berbagai
media pembelajaran, dari yang paling
sederhana sampai yang paling canggih.
5.
Mampu berkomunikasi
lewat internet dan mempunyai akses ke internet.
Meskipun kemampuan tambahan yang merupakan
persyaratan tersebut dapat dilatih atau diperoleh ketika sudah menjadi
dosen PTJJ, ada baiknya
persyaratan tersebut dijadikan acuan ketika menerima doses barn PTJJ. Dengan
cars Ini, waktu yang digunakan untuk mengakrabkan dosen bare dengan situasi keda
di PTJJ akan dapat dipersingkat.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar