Jumat, 30 Mei 2014

PTJJ


PROSES PEMBELAJARAN DALAM PTJJ 


A.    Latar Belakang
Pembelajaran merupakan komponen pendidikan yang sangat besar peranannya dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan sering sekali dikaitkan dengan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran yang tinggi diasumsikan akan menghasilkan mutu pendidikan yang tinggi pula. Meskipun masih banyak silang pendapat mengenai istilah pembelajaran, tampaknya dapat disepakati bahwa dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa guru/dosen, perpustakaan, orang (nara sumber), internet, serta sumber lain yang relevan dengan bidang yang sedang dipelajan. Agar terjadi interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, haruslah ada fasilitasi, yang memungkinkan peserta didik melakukan interaksi secara terarah dan efektif.

Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara pebelajar atau peserta didik dengan sumber belajar. Oleh karena peserta didik terpisah dari pendidik, terjadi atau tidaknya interaksi tersebut lebih banyak tergantung pada peserta didik sendiri. Peserta didik benar-benar mempunyai otonomi penuh atas proses belajarnya. Dialah yang menentukan apakah proses belajar tersebut terjadi atau tidak. Dialah yang tahu apakah kemampuan yang seharusnya dikuasai memang benar-benar terkuasai secara mendalam, atau hanya sekadar untuk memenuhi syarat lulus. Dialah yang tahu kapan dia harus belajar, kapan dia harus bertemu teman-temannya, kapan harus berkonsultasi dengan dosennya, dan sebagainya.
B.      Tujuan
Adapun tujuan dari kita mempelajari Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Tinggi Jarak Jauh  ini adalah agar dapat sebagai pedoman dan masukan untuk perbaikan pemikiran dalam proses pembelajaran pendidikan tinggi jarak jauh. 




PEMBAHASAN
A.    Pengantar
Pendidikan jarak jauh belum sepenuhnya dipahami secara benar, apalagi diterima oleh masyarakat, meskipun dalam Undang-­undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan jarak jauh sudah diakui sebagai salah satu bentuk pendidikan. Masih banyak yang belum paham akan sistem pendidikan jarak jauh, sehingga muncul suara-suara miring yang sering memerahkan kuping pars penyelenggara PTJJ, khususnya ditingkat pendidikan tinggi. Pada pikiran mereka yang mempunyai saudara atau teman yang menempuh pendidikan di Universitas Terbuka (UT), satu-satunya perguruan tinggi penyelenggara PTJJ di Indonesia, ada anggapan bahwa untuk menempuh pendidikan (kuliah) jarak jauh hanya perlu registrasi, membeli bahan ajar, dan ujian. Mata rantai yang merupakan jantung pendidikan, yaitu proses pembelajaran seolah-olah dilupakan. Mereka, termasuk mahasiswa PTJJ, mungkin tidak pernah berpikir tentang proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena mungkin mereka memang tidak tahu atau mungkin pula berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Sebagaimana sudah diungkapkan sebelumnya, dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara pebelajar atau peserta didik dengan sumber belajar. Oleh karena peserta didik terpisah dari pendidik, terjadi atau tidaknya interaksi tersebut lebih banyak tergantung pada peserta didik sendiri. Peserta didik benar-benar mempunyai otonomi penuh atas proses belajarnya. Dialah yang menentukan apakah proses belajar tersebut terjadi atau tidak. Dialah yang tahu apakah kemampuan yang seharusnya dikuasai memang benar-benar terkuasai secara mendalam, atau hanya sekadar untuk memenuhi syarat lulus. Dialah yang tahu kapan dia harus belajar, kapan dia harus bertemu teman-temannya, kapan harus berkonsultasi dengan dosennya, dan sebagainya. Inilah yang dinamakan pebelajar mandiri atau sering disebut sebagai 'independent learner", yang merupakan aspek esensial dalam pembelajaran di PTJJ. Simpson (2000) menyebut layanan tersebut sebagai bantuan belajar, yang pada dasarnya terdiri dari bantuan belajar yang bersifat akademik dan yang bersifat nonakademik.

B.     Hakikat Pembelajaran di PTJJ
1.      Pengertian
Pembelajaran di PTJJ dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berlangsung secara jarak jauh karena terpisahnya pendidik dan peserta didik, mempersyaratkan kemandirian peserta didik, serta didukung oleh layanan belajar yang memadai. Tiga aspek utama dalam definisi tersebut adalah keterpisahan pendidik dan peserta didik, kemandirian, dan layanan belajar. Dengan bertolak dari definisi itu, seseorang hanya dapat mengatakan bahwa isi mengikuti pembelajaran jarak jauh, jika dalam proses pembelajarannya ketiga aspek tersebut terpenuhi.
a.       Aspek pertama, keterpisahan antara pendidik dengan peserta didik muncul karena sesuai dengan UU No 20, Pasal 31, Ayat (2), PTJJ memang melayani kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
b.      Aspek kedua, kemandirian, merupakan syarat yang semestinya dipenuhi oleh peserta didik di PTJJ, namun pada kenyataan, kadar kemampuan belajar mandiri ini sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh banyak faktor.
c.       Aspek ketiga, layanan belajar, berkaitan dengan tingkat kemandirian peserta didik. Pengelola PTJJ mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mengembangkan dan membina kemampuan belajar mandiri.
Pentingnya layanan belajar dalam PTJJ dapat ditinjau dari berbagai aspek berikut, sebagai yang dikemukakan oleh Simpson (2000).
a.       Dari segi retensi, (kemampuan bertahan), mahasiswa PTJJ umumnya mempunyai daya retensi yang rendah.
b.      Mulai banyaknya lembaga yang menyelenggarakan PTJJ membuat persaingan dalam menyediakan akses pendidikan jarak jauh bagi masyarakat meningkat.
c.       Mahasiswa yang belajar melalui PTJJ merupakan mahasiswa yang terisolasi, baik dari teman seangkatannya, maupun dari lembaga PTJJ sendiri, bahkan mungkin dari keluarganya.
d.      PTJJ yang hanya menyiapkan bahan belajar bagi mahasiswa sebenarnya menunjukkan otoritas lembaga tanpa memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih atau mengemukakan pendapat.

2.      Fungsi dan Manfaat PTJJ
Fungsi utama PTJJ adalah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan formal bagi warga negara yang tidak mungkin mengikuti pendidikan tatap muka. Dengan perkataan lain, PTJJ berperan dalam memeratakan kesempatan belajar bagi seluruh warga negara, dimanapun mereka berada. Mereka yang tidak tersentuh oleh pendidikan tatap muka karena berbagai alasan, mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan sesuai dengan' minat dan kemampuannya.
Melihat salah satu ciri PTJJ yaitu keterpisahan antara pendidik dan peserta didik, mau tidak mau, peserta didik harus mampu menjadi manajer bagi proses belajarnya. Ini berarti bahwa peserta didik bertanggung jawab atas seluruh proses belajamya. Segala prakarsa yang berkaitan dengan proses belajar harus datang dari dirinya sendiri.
Hakikat pembelajaran di PTJJ yang unik tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu menjadikan mahasiswa sebagai pebelajar mandiri dan sepanjang hayat, yang merupakan salah satu aspek dalam tujuan utuh pendidikan nasional. PTJJ juga dapat memfasilitasi terbentuknya kemampuan mandiri, serta kebiasaan berdisiplin dan bertanggung jawab.
C.    Modus Pembelajaran PTJJ
Pembelajaran jarak jauh, yang direalisasikan dalam bentuk layanan belajar, dapat diselenggarakan dalam berbagai modus. Layanan belajar ini pada dasarnya disebut sebagai tutorial, yang menurut Holmberg (1995) dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu, (1) tutorial jarak jauh, (2) tutorial pelengkap yang merupakan konsultasi personal secara terjadwal di pos belajar, dan (3) tutorial residensial/tatap muka yang terpusat untuk mata kuliah tertentu. Namun, dari modus penyelenggaraan, layanan belajar atau tutorial ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu jarak jauh dan tatap muka. Sesuai dengan ciri pendidikan jarak jauh, yaitu keterpisahan pendidik dan peserta didik serta komunikasi melalui multimedia, maka layanan belajar yang lebih mendominasi adalah layanan jarak jauh. Berikut ini akan diuraikan sekilas lintas deskripsi kedua modus layanan belajar tersebut:

1.   Layanan Belajar Jarak Jauh
Layanan belajar jarak jauh memang merupakan ciri khas PTJJ. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika dalam pembahasan tentang generasi kelima pendidikan jarak jauh (PJJ), Taylor (2003) hanya mengungkapkan perkembangan komponen teknologi layanan jarak jauh dari generasi ke generasi, tanpa menyentuh kemungkinan adanya pertemuan tatap muka. Memang yang menjadi pokok pembahasan adalah perkembangan teknologi dalam perkembangan pelayanan PJJ.
Perkembangan oendidikan jarak jauh dari generasi satu sampai kegenerasi kelima digambarkan bergerak dari Model korespondensi – ke model multimedia – kemodel belajar jarak jauh – kemodel belajar fleksibel – sampai kemodel blajar jarak jauh berintegrasi.
Jenis-jenis layanan belajar jarak jauh sebagai berikut:
a.       Layanan belajar secara tertulis yang disampaikan melalui koresponden. Bahan ajar cetak beserta berbagai panduan yang telah disiapkan disampaikan kepada mahasiswa. Bahan ajar ini pada umumnya berbentuk modul.
b.      Layanan belajar melalui multimedia. Bahan ajar cetak yang disediakan bagi mahasiswa dilengkapi dengan multimedia, seperti kaset audio, kaset video, Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK), atau media lainnya.
c.       Layanan belajar secara tersiar, baik melalui radio maupun televisi (TV). Penjelasan materi tertentu, pengumuman berbagai kegiatan, pembahasan tugas, atau kiat-kiat belajar terntentu disiarkan melalui radio atau TV.
d.      Layanan belajar melalui telepon. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kontak dengan para pendidik/dosen melalui telepon, sesuai dengan kesepakatan.
e.       Layanan belajar Online. Mempersyaratkan mahasiswa melek komputer, di samping mempunyai akses ke internet.
Rambu-rambu dalam memberikan layanan belajar jarak jauh:
a.         Memberikan petunjuk yang jelas tentang kompetensi yang harus dikuasai.
b.        Mencerminkan keakraban dan kehangatan, yang dapat direalisasikan dalam bentuk sapaan atau penguatan, sehingga mahasiswa termotivasi untuk mengerjakan atau petunjuk yang diberikan.
c.         Mendeskripsikan pengalaman belajar yang harus dilakukan mahasiswa untuk menguasai kompetensi tersebut.
d.        Jenis materi, media, serta fasilitas lain yang diperlukan dalam setiap pengalaman belajar.
e.         Cara mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan dan tindak lanjut apa yang harus dilakukannya setelah mengetahui tingkat keberhasilan tersebut.
Layanan belajar jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih. Cara manapun yang digunakan, esensi pembelajaran harus selalu tercermin dalam bentuk fasilitasi dan pemberian motivasi. Oleh karena itu, dalam setiap jenis layanan belajar, langkah-langkah atau urutan penyajian harus selalu diperhatikan karena aspek-aspek tersebut memang merupakan peristiwa pembelajaran yang terkait dengan tahap-tahap belajar.

2.      Layanan BeIajarTatapMuka
Layanan belajar tatap muka dibenarkan oleh, UU No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui pasal 31, penjelasan ayat 3 yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh mencakup pengorganisasian tunggal (modus tunggal), atau bersama tatap muka (modus ganda). Dalam memberikan layanan tatap muka, Simpson (2000) menekankan agar para pengelola PTJJ selalu mengingat adanya perbedaan antara layanan tatap muka mahasiswa PTTM dengan mahasiswa PTJJ.
Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:
a.       Dalam PTJJ, bahan ajar dapat diberikan terpisah dari layanan tatap muka.
b.      Mahasiswa PTJJ terpisah dari teman-temannya dan dari institusi PTJJ sendiri.
c.       Kualifikasi pendidikan dan kemampuan belajar mahasiswa PTJJ mungkin sangat rendah ketika mereka pertama kali mulai bergabung.
d.      Pertemuan tatap muka merupakan sesuatu yang tidak sering terjadi pada mahasiswa PTJJ.
e.       Mahasiswa PTJJ adalah mahasiswa yang “terisolasi”, dalam arti jarang bertemu dengan teman dari program studi yang sama.
f.       Mahasiswa yang mengikuti tutorial tatap muka mengharapkan jauh lebih banyak daripada yang diharapkan oleh mahasiswa PTTM kerena pertemuan tatap muka ini dapat merupakan sesuatu yang istimewa bagi mahasiswa PTJJ.
Layanan belajar tatap muka dapat dilakukan dalam bentuk tutorial dan konseling. Dilihat dari jenis kegiatan yang dilakukan, tutorial tatap muka dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu tutorial yang bersifat pengkajian substansi, serta tutorial yang lebih bersifat latihan dan penghayatan. Kedua jenis tutorial ini dapat dilakukan dengan layanan individual dan kelompok. Berikut ini akan diuraikan secara singkat:
a.       Tutorial yang Bersifat Pengkajian Substansif
Jenis ini difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk menguasai substansi materi mata kuliah yang lebih bersifat kognitif, termasuk yang bersifat keterampilan kognitif atau yang disebut oleh Gagne (1985) sebagai keterampilan intelektual.
b.      Tutorial yang Bersifat Latihan dan Penghayatan
Tutorial ini difokuskan pada pembentukan keterampilan serta sikap dan nilai.
Di samping kedua jenis tutorial tatap muka di atas, perlu dipikirkan layanan belajar yang disebut konseling. Pada dasarnya, konseling merupakan konsultasi antara mahasiswa dan konselor (yang dapat diperankan oleh dosen) untuk memecahkan berbagai masalah. Konseling ini dapat dilakukan dalam bentuk tatap muka (individual dan kelompok), namun dapat pula dilakukan melalui jarak jauh melalui koresponden, telepon, dan online. Bagi mahasiswa PTJJ, konseling dapat merupakan bantuan yang sangat bermakna, tidak saja dalam menghadapi masalah akademik, tetapi juga masalah nonakademik.

D.    Berbagai Masalah dalam Proses Pembelajaran Jarak Jauh
Ditinjau dari segi pembentukan kemampuan, pendidikan jarak jauh lebih sering dikaitkan dengan kawasan kognitif. Artinya, kemampuan yang dapat dicapai melalui pendidikan jarak jauh adalah penguasaan pengetahuan. Hal ini terutama dikaitkan dengan alat ukur penguasaan pengetahuan tersebut yang sebagian besar terdiri dari tes objektif.
Pada kenyataannya, program-program pendidikan yang ditawarkan melalui PTJJ, tidak jauh berbeda dengan program‑program yang ditawarkan melalui PTTM. Oleh karena itu, kemampuan praktis seperti keterampilan yang memerlukan kegiatan praktek, serta penguasaan sikap dan nilai yang memerlukan penghayatan, semestinya juga dapat dicapai melalui PTJJ. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 31, ayat 3, yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh diselenggarakan dengan mengikuti standar nasional yang sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan.
Layanan belajar utama yang disediakan oleh penyelenggara PTJJ adalah bahan ajar dalam bentuk modul. Jika mahasiswa mampu belajar mandiri, maka dapat diperkirakan bahwa mereka akan menguasai berbagai pengetahuan yang disajikan melalui modul tersebut.  Namun, bagaimana penguasaan mahasiswa yang terkait dengan keterampilan dan sikap? Inilah yang merupakan masalah besar bags PTJJ. Bagaimana dapat diyakinkan bahwa PTJJ mampu, membentuk kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan dan sikap? Misalnya mampu menulis artikel ilmiah, mampu berbicara di depan umum, mampu membuat alat peraga tertentu, menerapkan keterampilan dasar mengajar di kelas yang sebenamya, atau membiasakan diri membaca dan menulis bacaan ringan?
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, sering muncul pertanyaan yang membuat penyelenggara PTJJ berpikir keras untuk menjawabnya. Pertanyasn tersebut antara lain sebagaiberikut :
1.      Mampukah PTJJ menyediakan layanan belajar yang kualitasnya sama dengan pembelajaran tatap muka? Dengan perkataan lain, mampukah layanan belajar yang dikemas dengan berbagai cara berperan sebagai guru/dosen yang baik?
2.    Bagaimana mungkin PTJJ memberikan kesempatan praktek bagi mahasiswa yang tersebar lulus di seluruh pelosok tanah air?
3.    Karena alai ukumya berupa tes objektif, tentu yang dapat diukur hanya penguasaan pengetahuan saja: itu pun yang berada dalam kemampuan berpikir tingkat rendah. Bagaimana PTJJ dapat meyakinkan kualitas lulusannya?
4.    Jika praktek dilakukan di berbagai tempat. bagaimana PTJJ dapat menjamin bahwa kualitas praktek tersebut dapat dikendalikan?
5.    Bagaimana PTJJ dapat memberikan layanan belajar bagi mahasiswa yang berada di daerah terpencil dengan jumlah yang sedikit dan tidak mempunyai listrik dan akses komunikasi lain?
Masih banyak pertanyaan lain yang semestinya membuat para penyelenggara PTJJ tertantang untuk menyediakan layanan belajar yang benar-benar mampu memenuhi harapan para mahasiswa, dan dapat menjamin kualitas lulusannya. Proses pembelajaran memang benar-benar merupakan jantung pendidikan yang semestinya mendapat perhatian yang serius dari semua pihak yang terlibat dalam PTJJ.

KESIMPULAN

Proses pembelajaran, baik dalam PTTM maupun pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ), merupakan jantung dari pendidikan. Dalam PTTM, proses pembelajaran tersebut dapat diamati secara nyata oleh masyarakat dan oleh peserta didik sendiri, namun dalam PTJJ, proses tersebut seolah-olah dilupakan, sehingga yang muncul sebagai ciri yang menonjol atau merek dagang PTJJ adalah bahan ajar (modal) dan ujian. Jika sebuah lembaga PTJJ tidak mau dicap sebagai universitas asal jadi, yang hanya menyediakan bahan ajar bagi mahasiswa dan kemudian memberikan ujian, maka PTJJ harus memberikan perhatian yang serius terhadap proses pembelajaran.
Agar mampu merancang dan melaksanakan layanan belajar jarak jauh dan tatap muka secara efektif, di samping kemampuan sebagai doses tatap muka, ada beberapa persyaratan tambahan yang harus dipenuhi oleh dosen PTJJ, di antaranya sebagai berikut :
1.      Mempunyai wawasan yang benar tentang pendidikan terbuka dan jarak jauh.
2.      Mempunyai kemampuan berkomunikasi secara tatap muka dan jarak jauh.
3.      Mempunyai keterampilan bekeda dengan computer.
4.      Mampu merancang dan menggunakan berbagai media pembelajaran, dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih.
5.      Mampu berkomunikasi lewat internet dan mempunyai akses ke internet.
Meskipun kemampuan tambahan yang merupakan persyaratan tersebut dapat dilatih atau diperoleh ketika sudah menjadi dosen PTJJ, ada baiknya persyaratan tersebut dijadikan acuan ketika menerima doses barn PTJJ. Dengan cars Ini, waktu yang digunakan untuk mengakrabkan dosen bare dengan situasi keda di PTJJ akan dapat dipersingkat.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar